Band From Other Country

Dapat julukan boysband metal tidak membuat sextet asal
Ratusan penggemar Linkin Park (LP) Kota Buaya berbaris rapi, menunggu giliran masuk ke ruang seluas 9 x 10 meter yang dijadikan tempat berlangsungnya konser band asal
Ruangan menjadi terasa penuh dan sedikit sesak. Namun, tidak juga membuat panitia tergerak untuk memulai konser. MC yang bertugas malam itu malah mengulur waktu dengan menggelar kuis yang menawarkan beberapa paket hadiah yang lumayan seru: paket album terbaru LP, lengkap dengan posternya.
Kelar kuis digelar, si MC terus sibuk cuap-cuap. Kali ini tentang album Meteora yang memang baru dirilis saat itu. Baru 20 menit kemudian, ocehannya berhenti. Lampu ruangan tiba-tiba mati, diikuti raungan gitar full distorsi yang bersumber dari gitar PRS andalan Brad Delson.
"Guys, the show is on!"
Satu per satu lagu andalan LP dilepas. Mulai dari Somewhere I Belong yang jadi kojo di album Meteora, Crawling, sampai Easier To Run. Penonton pun mulai berjingkrakan. Hanyut dalam perpaduan beat dan raungan distorsi gitar yang memompa jantung.
Kelar 8 lagu dimainkan, konser berakhir. Chester (vokal), Mike (rap), Joe Hahn (DJ), Brad (gitar), Rob (drum), dan Phoenix (bas) langsung menghilang dari ruangan tanpa mencoba berbasa-basi dengan rombongan penonton yang basah karena peluh. Persis seperti yang mereka lakukan beberapa hari sebelumnya di
Toh, itu tidak membuat penonton menjadi bete. Buktinya, saat acara dilanjutkan dengan kontes rap lagu-lagu LP, penonton tetap terlihat ceria. Seru banget deh pokoknya!
Meskipun enggak ada seorang pun yang ngerasa terganggu, sikap kurang bersahabat dari LP jelas perlu dipertanyakan. Kenapa sih mereka secuek itu?
Satu-satunya jawaban yang bisa dipertanggungjawabkan atas kelakuan LP beberapa hari itu adalah:
Jadi, itu semua cuma konser tipuan dong?
Bener banget! Toh, meski cuma "konser pura-pura", acara bertajuk "
Boysband
Siapa sih sebenarnya LP? Kok bisa-bisanya bikin kita jatuh cinta setengah mati pada mereka?
Dongeng LP berawal di sebuah junior high school
Beberapa tahun sesudahnya, band buatan Mike dan Brad ini ternyata menjelma menjadi sebuah band bernama Hybrid Theory yang juga diperkuat oleh Joe Hahn (DJ), Chester Bennington (vokal), Rob Bourbon (drum), dan Phoenix Farrel (bas). Masih membawakan paduan musik rap, rock, dan sedikit kombinasi sound unik, band ini sekarang kita kenal dengan nama
Band ini jadi spesial karena mereka menawarkan formasi yang unik. Menduetkan seorang vokalis bersuara tinggi dengan seorang rapper, output vokal LP memang menjadi terdengar istimewa di antara band-band cadas seangkatan. Ditambahkan lagi penggunaan sound digital yang dipadu dengan distorsi gitar dan gebukan drum full energi, LP benar-benar menjelma menjadi sebuah band masa kini.
Toh, kelebihan itu belum bisa membuat LP melangkah mulus. Meski musiknya banyak disukai, cemoohan yang datang enggak kalah sering terdengar. Mereka dianggap sebagai anak bawang metal. Bahkan, gara-gara tampang mereka dinilai terlalu halus untuk jadi rocker, sebutan boysband metal pun mampir ke pangkuan
Untungnya LP tidak langsung drop. Mereka terus berusaha memperjuangkan eksistensi mereka di scene musik indie
Hasilnya lumayan. Badai celaan dan hinaan yang mampir ke pangkuan mereka mulai pudar seiring naiknya popularitas mereka. Album perdana mereka, Hybrid Theory, yang laku terjual jutaan kopi di seluruh dunia, bisa dipakai sebagai bukti nyata kesuksesan band yang hobi bikin video klip sendiri ini.
Prestasi ini terus bertahan saat LP melepas album Reanimation (2002), Meteora (2003), dan Live in
Apa komentar LP akan kesuksesannya saat ini?
Sekarang, kita liat siapa yang tertawa belakangan. Dari awal, kami sudah berniat membuktikan kalau kami bisa eksis di industri musik. Kami bekerja keras dan kami berhasil. Jadi, kami memang layak mendapatkan popularitas sebesar yang kami dapat sekarang," ujar Joe Hahn dalam sebuah wawancara dengan majalah Spin pertengahan 2003 silam.
Seperti band raksasa lain, jadwal manggung LP amat padat. Nyaris 365 hari setahun mereka habiskan di jalan. Berkeliling ke berbagai pelosok bumi untuk menghibur penggemar.
Sayangnya, saat sibuk mempromosikan album perdana, Hybrid Theory, LP sama sekali tidak melirik Asia Tenggara sebagai lokasi konser. Sempat sih, Mike cs tampil di ajang MTV Asia Awards 2002. Tapi cuma sebagai tamu undangan, dan bukan sebagai performing artist.
Melihat kondisi itu, wajar kalau "konser pura-pura"-nya LP yang digelar di tiga
Awal Mei 2004, berembus kabar baik untuk pencinta LP di seluruh
Moment ini jelas terlalu berharga untuk dilewatkan. Tak heran, tiket pertunjukan ludes terjual dua pekan sebelum konser dimulai. Padahal, venue yang disediakan panitia tidak sespektakuler konser artis luar negeri lainnya.
Kok bisa begitu?
Rencananya, konser di
Tapi, namanya juga kangen, semua kekurangan itu jadi terasa kurang berarti. Mau venue-nya standar atau kapasitas lighting-nya kurang, enggak jadi soal. Yang penting bisa ngeliat langsung aksi
Sayang, saat banyak pencinta musik yang mulai merasa yakin impian menyaksikan LP secara langsung bisa menjadi kenyataan, justru muncul kabar yang kurang sedap. Pemerintah Amerika mengeluarkan travel warning yang isinya melarang warganya mampir ke
Sebenarnya, tuduhan itu tidak berdasar. Coba lihat, bagaimana keadaan
Toh, aturan itu tetap diberlakukan. Dan, gara-gara travel warning itu, konser Missy Elliot yang harusnya berlangsung akhir Mei 2004 batal. Bukan tidak mungkin, kisah sedih ini bakal berlanjut ke konser LP.
Aduh! Bagaimana dong? Bisa batal nonton aksi
Jangan lantas patah semangat, teman! Menyimak perjalanan karier LP yang penuh dengan pemberontakan, masih ada kemungkinan mereka mengindahkan larangan itu dan tetap beraksi di
Mudah-mudahan, harapan kita semua benar bisa jadi nyata. Sekarang, yang perlu dilakukan cuma berdoa dan berharap agar LP yakin bahwa kondisi di
We love you,
Comments